PEMANFAATAN MEDIA BLOG DAN TEKNIK TIM BICARA



PEMANFAATAN MEDIA BLOG DAN TEKNIK TIM BICARA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA SMP KELAS VII

Kata Pengantar
Puji syukur kamipanjatakan ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi, dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
            
            Makassar,    April  2019
Penyusun

Rahmini, S.Pd., M.Pd.


  
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peran pendidik di abad ke-21 tidaklah ringan, sesuai dengan kemajuan zaman yang serba online dan digital. Pendidikan harus segera berubah ke arah yang lebih maju agar tidak tertinggal dengan negara lain. Pendidik dituntut untuk berdaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Pendidik tidak hanya mampu menyelenggarakan  pembelajaran seperti biasanya. Pendidik harus mampu memanfaatkan teknologi  informasi  dan komunikasi dalam proses pembelajaran, mereka harus meningkatkan kemampuan digital literasi. Kemajuan perkembangan  teknologi mengakibatkan pendidik harus meningkatkan penguasaan teknologi. Sehingga mereka dapat mengmplementasikan dalam proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Selain pemanfaatan teknologi  informasi  dan komunikasi, peserta didik perlu dibekali kecakapan kolaborasi. Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagi peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Dalam sebuah organisasi, kita memerlukan kinerja tim yang baik untuk mendongkrak performa dan prestasi organisasi tersebut. Selain kinerja individu, pembentukan dinamika tim sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman kerjasama tim terhadap anggota kerja perlu dikenalkan saat pelatihan atau pengembangan anggota organisasi.
Tim adalah sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan yang sama. Dalam Tim setiap orang mempunyai  tugas  yang mana dalam tugas tersebut  terdapat subtugas yang saling terkait. https://www.selasar.com/jurnal/43163/Perbedaan-Definisi-Tim-dan-Kelompok.
Pada hakikatnya pada proses belajar mengajar merupakan sebuah sistem, yang didalamnya memiliki berbagai komponen yang saling bekerja sama dan terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan pengajaran, pendidik dan peserta didik, bahan pelajaran, metode dan strategi belajar mengajar, alat atau media, sumber pelajaran dan evaluasi. Media pembelajaran merupakan wahana dan penyampaian informasi atau pesan pembelajaran pada peserta didik.
Dengan adanya media pada proses belajar mengajar, diharapkan dapat membantu pendidik dalam meningkatkan prestasi belajar pada peserta didik. Oleh karena itu, pendidik hendaknya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. media pendidikan mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain: hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas, sikap peserta didik yang pasif, pengamatan peserta didik yang kurang seragam, sifat objek belajar yang kurang khusus sehingga tidak memungkinkan dipelajari tanpa media,  tempat belajar yang terpencil dan sebagainya.
Tapi kenyataannya minat peserta didik terhadap kegiatan bercerita masih rendah. Peserta didik cenderung malas mengikuti pembelajaran bercerita, peserta didik terlihat malas-malasan saat mengerjakan tugas bercerita dari pendidik. Banyak di antara peserta didik yang memilih melakukan aktivitas di luar pembelajaran, misalnya berbicara di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku tersebut menunjukan bahwa minat dan antusias peserta didik terhadap pembelajaran bercerita tergolong rendah. Ketika pendidik memberikan tugas bercerita, banyak di antara peserta didik yang mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut. Proses belajar mengajar aspek berbicara khususnya dalam kompetensi dasar bercerita kurang berhasil. Kemampuan peserta didik dalam aspek bercerita di kelas VII.1 masih lemah dan belum sesuai dengan batas nilai ketuntasan belajar, yaitu 75.
Hal ini terlihat dari berbagai faktor penyebab mengapa peserta didik tidak mendapatkan nilai maksimal, diantaranya dalam proses pembelajaran berbicara khususnya kompetensi dasar bercerita, selama ini pembelajaran bercerita tidak  dilakukan secara serius dan peserta didik beranggapan bahwa bercerita merupakan bagian sepele yang sering dilakukan oleh siapa pun sehingga tidak memerlukan keterampilan khusus dalam pelaksanaannya. Faktor lainnya, peserta didik cenderung kurang berani bercerita di depan umum. Peserta didik merasa takut salah, malu, grogi, tegang, dan kurang percaya diri bila ditunjuk untuk bercerita di depan kelas, hal tersebut disebabkan  karena peserta didik tidak menguasai bahan cerita dan pesertaa didik kurang mampu mengorganisasikan perkataannya pada saat bercerita. Selain itu, faktor luar diri peserta didik juga berpengaruh misalnya, penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik juga mempengaruhinya. Serta kondisi dan tata ruang kelas yang tidak kondusif. Dengan demikian, dapat diidentifikasi bahwa keterampilan bercerita peserta didik masih rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan dari proses belajar mengajar keterampilan bercerita di kelas VII.1, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang terampil bercerita. Masalah-masalah yang timbul dan teridentifikasi, yaitu (1) peserta didik kurang berani bercerita di depan umum, (2) peserta didik merasa takut, malu-malu, dan kurang percaya diri bila ditunjuk untuk bercerita di depan kelas, (3) kata-kata yang digunakan peserta didik saat bercerita kurang menarik, (4) peserta didik tidak menguasai bahan cerita, (5) guru menggunakan media pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik.
Pesatnya perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi telah dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Internet kini telah menjadi sumber belajar alternatif. Perkembangan internet yang sangat pesat, dapat dimanfaatkan untuk menunjang peningkatan prestasi belajar siswa yaitu belajar melalui media blog. Blog atau web pribadi dapat menyimpan materi-materi atau bahan ajar yang relevan dengan bidang kita. Guru dapat membuat blog dan mengisinya dengan berbagai informasi yang bersentuhan dengan kegiatan pembelajaran. Beberapa informasi yang dapat diunggah di antaranya  materi pembelajaran, soal ulangan, materi pelajaran, tugas siswa, dan lain-lain. Dengan kata lain, blog ini dapat dijadikan media pembelajaran alternatif. Media pembelajaran melalui blog memiliki banyak keuntungan. Siswa dapat belajar materi lebih lengkap, waktu yang lebih lama, dan tentunya suasana yang lebih menyenangkan.
Blog juga dapat dimanfaatkan oleh para guru untuk media pembelajaran, yaitu Blog guru sebagai pusat pembelajaran. Guru dapat menuliskan materi belajar, tugas, maupun bahan diskusi di blognya, kemudian para muridnya bisa berdiskusi dan belajar bersama-sama di blog gurunya tersebut. Selain itu blog guru dan murid juga dapat saling berinteraksi. Guru, yang harus memiliki Blog, menghar uskan murid memiliki blognya masing-masing, sebagai sarana mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Metode ini bisa memacu iklim kompetisi antar siswa, karena tentu saja para siswa ingin blognya menjadi yang terbaik. Setelah semua siswa memiliki Blog dibuatlah suatu komunitas blogger pebelajar. Ada sebuah Blog sebagai pusat pembelajaran (bisa berupa blog aggregator atau blog dengan beberapa kontributor), dengan guru-guru dan siswa dari berbagai sekolah bisa tergabung dalam komunitas blogger pebelajar tersebut. Conventional Learning dan e-Learning Menyikapi perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi diatas, menyebabkan adanya perubahan metode konvensional dalam proses belajar mengajar yang digantikan dengan metode e-learning. Metode conventional learning yang mengharuskan pengajar dan pebelajar harus bertatap muka langsung di ruangan memiliki beberapa ciri, yaitu: 1) pembelajaran tergantung pada pengajar; 2) seluruh kegiatan belajar mengajar terpusat di dalam ruang; 3) pengajar merupakan sumber ilmu; 4) dibatasi jarak, ruang dan waktu; dan 5) harus memiliki sarana dan prasarana belajar mengajar yang memadai serta sumber daya manusia pengajaar yang memahami setiap materi pembelajaran yang akan diajarkan. Sedangkan ciri-ciri e-learning adalah: 1) pembelajaran tidak tergantung kepada pengajar; 2) banyaknya sumber materi dan Blog sebagai Alternatif Media Pembelajaran (Mariana K) -43- kemudahan akses; 3) peran pengajar hanya sebagai mediator atau pembimbing; 4) proses belajar tidak terkendala jarak, ruang dan waktu (Mariana: 2011:42).
Pembelajaran keterampilan bercerita sebaiknya pendidik memberdayakan media pembelajaran yang ada serta sesuai dengan teknik pembelajaran yang diterapkan. Selain itu, materi pembelajaran juga menjadi faktor penentu dalam pemilihan media. Hal tersebut, dikarenakan setiap materi mempunyai karakteristik tersendiri yang turut menentukan dalam pemilihan media. Begitu pula dalam pembelajaran berbicara khususnya bercerita, seorang pendidik harus memilih dan menggunakan media yang sesuai sebagai penunjang kegiatan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peneliti menggunakan video sebagai media penelitian di dasarkan pada beberapa alasan. Media video merupakan media yang paling efektif untuk pengajaran dalam mengembangkan pembendaharaan kata, melatih diri untuk mendengar, menyimak, dan bercerita pada siswa. Menurut Evanda (http://dewey.petra.ac.id) diunduh pada tanggal 18 Oktober 2011, keberadaan sebuah media pembelajaran dan alat permainan edukatif sangat dibutuhkan bagi peserta didik, karena dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
Pembelajaran bercerita  telah dilaksanakan secara berkelompok. Peserta didik diberikan media berupa teks cerita. Kemudian mereka disuruh menghafal cerita tersebut.  Setelah itu, mereka disuruh tampil bercerita di depan kelas. Ternyata hanya beberapa orang yang bisa tampil bercerita. Terkadang dalam satu kelompok hanya sebagian anggotanya yang hafal ceritanya, dan itu menghambat kelompoknya tampil bercerita. Oleh karena itu, dilakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan media blog dan teknik tim bicara diharapkan sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan bercerita. Pertanyaan yang harus diuji adalah 1. Bagaimana pemanfaatan media blog dapat meningkatkan kemampuan bercerita peserta didik
    SMP kelas VII?

2. Bagaimana penerapan teknik tim bicara  dapat meningkatkan kemampuan bercerita peserta
    didik SMP kelas VII?

C. Tujuan  Penulisan Makalah
Penulisan ini berfokus pada kreasi dan inovasi  pembelajaran dengan memanfaatkan media blog dan teknik tim bicara. Dengan pembelajaran yang memanfaatkan media blog dan teknik tim bicara ini diharapkan dapat bermanfaat  terutama:
  1. Agar memudahkan   peserta didik  bercerita dengan mengikuti langkah-langkah kegiatan yang terdapat pada media blog.
  2. Agar menarik perhatian peserta didik  sehingga  mau menceritakan isi cerita yang ditonton secara berkelompok.
3.      Menciptakan pembelajaran yang bermakna, yakni aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan
4.      Sebagai bahan masukan bagi guru Bahasa Indonesia di SMP  dalam mengembangkan metode dan media pembelajaran yang kreatif  dan inovatif  lainnya. 

D. Mafaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat  media blog dan teknik tim bicara ini adalah:
1.      Sebagai bahan masukan bagi guru Bahasa Indonesia di SMP  dalam mengembangkan metode dan media pembelajaran yang kreatif  dan inovatif  lainnya. 
2.      Sebagai bahan komparasi untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif lainnya.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Media Blog

1. Definisi Media
Media adalah sesuatu yang mengantarkan atau meneruskan pesan yang berisi informasi antara pengirim informasi dengan penerima. Media berasal dari kata bahasa latin yaitu adalah medius yang berarti tengah. Kata media di dalam bahasa indonesia berarti antara atau sedang. Sehingga dapat di artikan juga media adalah berupa bentuk dan saluran yang di gunakan di dalam proses penyajian informasi.
Media pada awalnya dikenal dengan alat peraga, selanjutnya dikenal dengan audio visual, selanjutnya dikenal dengan materi pembelajaran dan pada saat ini di dalam dunia pendidikan digunakan sebagai media pendidikan atau yang disebut media pembelajaran. Di dalam perkembangan zaman, sekarang muncullah e-learning yang berupa singkatan dari kata e yang berarti elektronik dan learning yang berarti pembelajaran.
Pengertian media banyak sekali dan banyak pula yang berbeda pendapatnya antara satu ahli dengan ahli yang lain, antara lain:

a. Menurut Sadiman, dkk. (2002:6) media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

    menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang

    pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, yang sehingga

    proses      belajar         mengajar     berlangsung   dengan   efektif   dan   efesien sesuai dengan

    yang diharapkan.

b. Blanke  dan  Horalsen, media  adalah  suatu  saluran   komunikasi  yang  memang  digunakan

    sebagai penyampai pesan kepada penerima pesan dari pemberi pesan.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/10/pengertian-media-menurut-para-ahli-lengkap.html.

            Berdasarkan  pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, yang sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan.

2. Sekilas Blog

Blog pertama kemungkinan besar adalah halaman “What’s New” pada browser Mosaic yang dibuat oleh Marc Andersen pada tahun 1993. Mosaic adalah browser pertama sebelum adanya Internet xplorer bahkan sebelum Nestcape. Bulan Januari 1994 Justin Hall memulai website pribadinya “Justin’s Home Page” yang kemudian berubah menjadi “Links from the Underground” yang mungkin dapat disebut sebagai Blog pertama seperti yang kita kenal sekarang. Hingga pada tahun 1998, jumlah Blog yang ada masih sangat sedikit. Hal ini disebabkan karena saat itu diperlukan keahlian dan pengetahuan khusus tentang pembuatan website, HTML, dan web hosting untuk membuat Blog, sehingga hanya mereka yang berkecimpung di bidang Internet, System Administrator atau Web Designer yang kemudian pada waktu luangnya menciptakan Blog-Blog mereka sendiri. https://www.kompasiana.com/harisusanto/55006e3ba33311fb6f510fd6/pengertian-dan-sejarah-blog (19 Jan 2019)
Pada awalnya, istilah blog adalah weblog yang digunakan Jorn Barger pada 19 Desember 1997.  Pada saat itu hanya ada sekitar 100 weblog di dunia dan weblog yang pertama kali muncul adalah xanga. Pada April 1999  istilah weblog berubah menjadi we blog karena ketidaksengajaan Peter Merholz memisahkan kata we dengan blog. semenjak itu, istilah blog mulai dikenal secara luas di seluruh dunia. Apalagi pada tahun itu, blog semakin populer berkat Eans William dan Meg Hourian yang membuat blog tools (blogger) yang mana dengan tools tersebut, memungkinkan pengguna dapat membuat blog miliknya sendiri dengan mudah dan cepat. Pada tahun 2001, perkembangan blog menjadi semakin pesat karena banyak orang yang sadar akan manfaat blog. orang semakin banyak memberdayakan blog dengan tujuan masing-masing. Sehingga munculah beraneka ragam blog, mulai dari blog di bidang edukasi, jurnalisme bahkan di bidang politik. (https://donyprisma.wordpress.com/2011/05/21/sejarah-blog/)
Blog adalah kependekan dari Weblog, istilah ini pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri.
Dengan kata lain, Weblog dapat diartikan sebagai kumpulan website pribadi yang memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada web dengan mudah, seperti karya tulis, kumpulan link internet, dokumen-dokumen(file-file WOrd,PDF,dll), gambar ataupun multimedia. Ada pula yang mendefinisikan blog sebagai situs yang sifatnya pribadi, yang lebih menitik beratkan kepada penggambaran dari orang yang membuat blog itu sendiri. Seiring dengan perkembangn weblog dari waktu ke waktu, pengertian weblog akan berkembang seiring dengan ide-ide dan kemauan para Blogger. Blogger adalah para pembuat Blog. Melalui blog yang dibuat oleh blogger, kepribadian blogger menjadi lebih mudah dikenali berdasarkan topik apa yang disukai, apa tanggapan terhadap link-link yang di pilih di dalamnya. Oleh karena itu,  blog bersifat sangat personal. (https://www.kompasiana.com/harisusanto/55006e3ba33311fb6f510fd6/pengertian-dan-sejarahblog).
3. Pemanfaatan Blog sebagai Media Pembelajaran
Manfaat blog bagi guru antara lain sebagai bukti portofolio terkait profesionalitasnya, pengembangan prosesnya belajar yang bervariatif, sebagai media ajarnya dan pembelajaran, tempat berdiskusi, berbagi informasi dan berkomunikasi (Muhammad Adri, 2008: 12). Relatif murah biayanya dan bisa menembus ruang serta mengembangkan jaringan lebih luas antar guru merupakan keunggulan blog. Guru melalui blog dapat menuangkan gagasan atau idenya, menampilkan materi pelajarannya yang bisa diunduh siswa, tauttan link sebagai rujukan, memberikan tugas dan evaluasi belajar. https://jurnal.uns.ac.id/bise/article/download/16814/13572
 Blog sangat memudahkan bagi siapapun yang ingin mendapatkan informasi tanpa harus bersusah payah mencari buku, hanya bermodal internet siapapun dapat mencari informasi apapun di dalam blog. Manfaat lainnya dengan adanya blog adalah siswa tidak gagap akan teknologi berbeda dengan jaman dahulu sebelum adanya blog banyak siswa tidak tahu menau tentang internet dan semacamnya.
Menurut Sujana dkk. [2002:2] beberapa manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa dan
    memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
    peraturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru
    tapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan.
            Pemanfaatan media blog dalam pembelajaran bercerita peserta didik SMP kelas VII.1. Setelah penyampaian tujuan pembelajaran, pendidik menyampaikan secara singkat lngkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pendidik menyampaikan kepada peserta didik website yang harus mereka buka. Pada web tersebut pendidik telah memasukkan video fabel dan langkah-langkah pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa.
            Dengan adanya video fabel tersebut, peserta didik dapat melihat kegiatan yang dilakukan oleh tokoh cerita. Di samping mereka bisa  mendengarkan dialog antartokoh. Hal ini, tentu akan lebih memudahkan peserta didik memahami isi cerita dibandingkan jika mereka hanya membaca cerita fabel.
B. Tim Bicara
1. Definisi Tim
Tim adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi dari pada jumlah masukan individual[1]. Tim bisa melakukan berbagai hal: membuat produk, memberikan jasa, menegosiasikan berbagai perjanjian, mengoordinasi proyek-proyek, memberikan nasihat, dan membuat keputusan[2]. https://id.wikipedia.org/wiki/Tim
Tim adalah sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan yang sama. Dalam Tim setiap orang mempunyai  tugas  yang mana dalam tugas tersebut  terdapat subtugas yang saling terkait. https://www.selasar.com/jurnal/43163/Perbedaan-Definisi-Tim-dan-Kelompok
Dalam sebuah organisasi, kita memerlukan kinerja tim yang baik untuk mendongkrak performa dan prestasi organisasi tersebut. Selain kinerja individu, pembentukan dinamika tim sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman kerjasama tim terhadap anggota kerja perlu dikenalkan saat pelatihan atau pengembangan anggota organisasi. Ada dua istilah yang sering dikatakan di sekeliling kita saat pembekalan organisasi yakni tim dan kelompok, tetapi masih banyak dari mereka yang belum memahami perbedaan kedua istilah tersebut.
Tim dan kelompok memiliki makna yang berbeda. Dalam sebuah organisasi, kelompok dan tim terlihat berbeda dalam pelaksanaan atau proses kerjanya. Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu mencari tahu definisi tim dan kelompok oleh beberapa ahli.
Menurut De Vito (1997), kelompok merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok mengembangkan norma-norma, atau peraturan yang mengidentifikasi tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya. Kelompok dibedakan menjadi dua macam yakni kelompok formal dan informal. Kelompok formal didasarkan pada akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja. Sedangkan, kelompok informal lebih didasarkan pada hubungan dan persetujuan informal di antara anggota kelompok dibanding hubungan peran yang telah ditentukan manajemen.
Definisi tim menurut Naresh Jain (2009), tim memiliki anggota dengan keterampilan yang saling melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan meminimalkan kelemahan mereka. Anggota tim diharapkan mampu belajar untuk saling membantu, mengenali potensi diri mereka, dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap orang untuk melampaui keterbasannya. https://www.selasar.com/jurnal/43163/Perbedaan-Definisi-Tim-dan-Kelompok
Sebuah tim (team) adalah sebuah unit yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk menyelesaikan sebuah tugas yang spesifik (Daft, 2003:171). Definisi ini mempunyai tiga komponen.yakni;
a. Pertama, diperlukan 2 orang atau lebih. Tim dapat cukup besar,walaupun kebanyakan kurang
    dari 15 orang.
b. Kedua, orang dalam sebuah tim melakukan interaksi secara teratur.
Menurut Naresh Jain (2009). Tim memiliki anggota dengan keterampilan yang saling melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan meminimalkan kelemahan mereka.

2. Membangun Tim Efektif

Robert B. Maddux dalam bukunya Team Building mengatakan bahwa manfaat membangun tim yang efektif adalah sebagai berikut:
a. Dengan adanya tim maka sasaran yang realistis ditentukan, dan dan dapat dicapai secara
    optimal.
b. Anggota tim dan pemimpin tim memiliki komitmen untuk saling mendukung satu sama lain
    agar tim berhasil.
c. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya dan dapat saling membantu satu sama lain
d. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki kinerja lebih berjalan
    secara baik, karena anggota tim terdorong untuk lebih memikirkan permasalahannya.
e. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai.
f. Umpan balik kinerja lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang diharapkan dan
    dapat membandingkan kinerja mereka terhadap sasaran tim.
g. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai kesempatan untuk
    menyelesaikan masalah. Melalui diskusi tersebut konflik bisa diselesaikan secara maksimal.
h. Keseimbangan tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan pribadi.
i. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas kontribusi pribadinya.
j. Anggota kelompok termotivasi untuk mengeluarkan ide-idenya dan mengujinya serta
   menularkan dan mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
k. Anggota kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai kebiasaan kerja dan
     menyesuaikan perilakunya untuk mencapai standar kelompok.
l.  Anggota kelompok lebih berprestasi dalam bekerjasama dengan tim dan tim lainnya.
2. Konsep Berbicara
Keterampilan berbicara atau retorika adalah seni tentang berbicara berbicara yang dimiliki seseorang. Seni berbicara ini dimiliki seseorang secara alami atau pun dengan menggunakan latihan khusus. Keterampilan berbicara ini merupakan seni tentang berbicara yang merupakan sarana komunikasi dengan bahasa lisan meliputi proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan tujusan melaporkan, menghibur, atau meyakinkan orang lain.
Dalam proses penyampaian gagasan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : 
·         pembicara
·         lawan bicara (penyimak)
·         lambang (bahasa lisan)
·         pesan, maksud, gagasan, atau ide https://id.wikipedia.org/wiki/Keterampilan_berbicara
Henry Guntur Tarigan1 (1983:15) dalam bukunya Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa mengemukakan bahwa
·         Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.
·         Masih menurut Henry Guntur Tarigan2 (2008:3) dalam buku Berbicara menjelaskan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Arsjad dan Mukti U. S. (1993:23) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. https://www.trigonalmedia.com/2014/12/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli.html
Berdasarkan  pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tim bicara merupakan
sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan yang sama dalam hal keterampilan/kemampuan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dengan bergabung pada tim bicara,  maka anggota dengan keterampilan yang saling melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan meminimalkan kelemahan mereka. Anggota tim diharapkan mampu belajar untuk saling membantu, mengenali potensi diri mereka, dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap orang untuk melampaui keterbasannya.

C. Bercerita
Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain (http://kbbi.co.id/arti-kata/cerita).
Burhan Nurgiyantoro (2001:289) mengungkapkan bahawa bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik. Sedangkan menurut Tarigan (1981:35) bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena berbicara termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya (Diakses Hisam Sam pada 22 Desember 2016).
1. Pengertian Menceritakan Kembali Isi Cerita
Pada dasarnya kegiatan menceritakan kembali merupakan kegiatan mengungkapkan kembali apa yang dibaca maupun yang didengar. Kegiatan menceritakan kembali dapat diimplmentasikan secara lisan maupun tertulis. Kegiatan menceritakan kembali secara tulis, identik dengan kegiatan menuliskan kembali cerita sedangkan kegiatan menceritakan kembali secara lisan, identik dengan kegiatan bercerita. Dalam pembahasan ini lebih menekankan pada menceritakan kembali secara lisan. Menceritakan kembali secara lisan merupakan berbicara untuk menginformasikan. Sesuatu yang disampaikan oleh pencerita dalam bentuk cerita anak merupakan sebuah informasi bagi pendengar. Selain itu, kegiatan menceritakan kembali merupakan jenis bercerita. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan satu pendengar, dalam kelompok kecil, maupun dalam kelompok besar. Bercerita merupakan kegiatan menuturkan kejadian, menyampaikan gambaran atau kejadian yang benar-benar terjadi maupun hasil rekaan. Menurut Subyantoro (2007: 14) mengemukakan bercerita sebagai suatu kegiatan yang disampaikan oleh pencerita kepada siswanya, ayah, ibu dan ibu kepada anak-anaknya, juru bercerita kepada pendengarnya. Bercerita juga merupakan suatu kegiatan yang bersifat seni, karena erat kaitannya dengan bersandar kepada kekuatan kata. Kegiatan menceritakan kembali merupakan bagian dari kegiatan bercerita. Keduanya merupakan kegiatan menceritakan sesuatu hal atau peristiwa. Namun,  kegiatan menceritakan kembali harus melalui tahap membaca atau menyimak. Dengan demikian, untuk merumuskan konsep menceritakan kembali diambil dari konsep bercerita. Oleh karena itu, keterampilan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca mengarahkan siswa agar mampu mengemukakan ide secara lisan dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas. Agar ide dapat disampaikan kepada pendengar, maka dalam menceritakan kembali cerita anak yang dibaca siswa harus menjaga bahasa, suara, intonasi, dan dapat menggambarkan gagasannya dengan baik. Dapat dikatakan bahwa menceritakan kembali adalah penyampaian ulang cerita secara lisan dari pencerita kepada pendengar dengan menggunakan bahasanya sendiri (Ariani, Adrianita Widiastuti, 2013:45-46)
Menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 160), kegiatan bercerita merupakan umpan balik akan memberikan gambaran tentang segala sesuatu yang telah diterima atau direspon anak setelah mendengar cerita. Maksud dari umpan balik tersebut yaitu segala sesuatu yang menggambarkan perilaku yang diperoleh melalui proses yang telah dilaluinya. Penceritaan yang disajikan oleh anak bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan anak bercerita. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 6.3), bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau hanya sebuah dongeng yang diperdengarkan dengan rasa menyenangkan. Menurut Muh. Nur Mustakim (2005: 187-188), menceritakan kembali merupakan kegiatan anak setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi cerita. Ada tiga hal yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu anak mampu menyusun kembali cerita yang disimak dari proses penceritaan, anak terampil menggunakan bahasa lisan melalui kegiatan berbicara produktif, dan anak terampil mengekspresikan perilaku dan dialog cerita dalam simulasi kreatif. Bachtiar S. Bachri (2005: 10), mengungkapkan bercerita merupakan menutur sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian menceritakan kembali yaitu kegiatan menyusun kembali cerita yang telah disimak dari proses penceritaan dengan tujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang lain secara lisan. Ketika guru meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita yang telah didengar, peran guru memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik.
( Nur Utarin, Rr Pradina, 2014:14-15).
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan kembali
Untuk melatih siswa dalam menceritakan kembali harus memperhatikan dua hal, yaitu: pencerita dan saat menceritakan kembali.
Hal-hal yang perlu dilakukan pencerita yaitu:
a. Memahami isi cerita dan memahami karakter tokoh. Seorang pembicara yang baik harus   
    memberikan kesan bahwa pembicara menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik
    yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran.
b. Latihan bercerita yang intensif dan latihan olah vokal. Selain menguasai topik, seorang
    pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan tepat.
    Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar.
c. Menyiapkan alat atau media apabila diperlukan.
d. Menghafalkan garis besar cerita atau membuat catatan atau ringkasan cerita. Dalam berbicara
    yang harus diungkapkan adalah isi pembicaraan harus sesuai dengan topik yang telah
    dipersiapkan sebelumnya.
e. Memahami kondisi pendengar.
Adapun yang perlu diperhatikan saat bercerita adalah
a. Mampu membuat kontak mata pendengar. Ketika berbicara jangan memandang hanya kepada
    satu titik biarkan mata menjelajah kemana-mana untuk mengetahui intensitas  ketertarikan
    audiens. Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan
    bicara dan mengambil jeda untuk memulai    sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu
    cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan
    mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara kita tidak merasa
    diabaikan.
b. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menghindari pengulangan kata yang
    berlebihan. agar dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pikiran secara tepat, dalam
    berbahasa baik lisan maupun tulis, pemakai bahasa hendaknya dapat memenuhi beberapa
    kriteria dalam pemilihan kata, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.
c. Variatif dalam bercerita tanpa meninggalkan unsur-unsur cerita. Dalam berbicara,  harus
    mampu mengembangkan kreativitas dan kemampuan improvisasi sejauh tidak menyimpang
    dari struktur cerita secara keseluruhan. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
    dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan
    masalahnya menjadi menarik. Tapi jika  nada, tekanan pembicaraan biasa dan datar-datar saja
    maka masalah kejemuan akan muncul dalam pembicaraan tersebut.
d. Ekspresif dan penuh penghayatan. Penghayatan terhadap keseluruhan cerita diperlukan agar
    dapat mengekspresikan dengan baik. Pengekspresian ini berhubungan dengan kalimat, gerak,
    dan mimik. Gerak-gerik yang tepat bisa meningkatkan keefektifan berbicara. Hal ini dapat
    menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi jangan menggunakan gerak-gerik yang
    berlebihan kerena bisa saja menjadikan pesan kurang dipahami.
e. Suara nyaring dan intonasi tepat. Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan
    bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa  yang kurang tepat dapat
    mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan berbicara.     
    Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan,
    kurang menyenangkan, kurang menarik atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian
    pendengar.
f. Memahami emosi audiens. Niat yang sungguh-sungguh untuk menghargai lawan bicara secara
   positif dan tanpa syarat, menghargai, dan mendengarkan dengan baik apa yang ingin dia
   katakan sebelum kita memulai percakapan, maka akan ada kemungkinan yang lebih besar
   bahwa interaksi yang kemudian terjadi akan menjadi produktif, menyenangkan dan
   memuaskan bagi semua pihak yang terkait.
g. Percaya diri. Saat mengemukakan isi pembicaran harus sesuai dengan topik yang dibicarakan,
    semakin dalam pemahaman terhadap topik, maka kepercayaan diri akan semakin besar dan
    akan semakin mantap dalam berbicara (Ariani, Adrianita Widiastuti, 2013:48-50).
4. Langkah-langkah menceritakan kembali cerita anak
Langkah-langkah agar bisa menceritakan kembali isi fabel antara lain :
Pertama, membaca secara berulang-ulang teks fabel yang akan diceritakan.
Kedua, mencatat nama-nama pelaku dalam teks fabel.
Ketiga, mencatat hal-hal penting (gagasan pokok) dalam teks fabel.
Keempat, menulis/melisankan kembali teks  fabel yang dibaca, sedapat mungkin menggunakan kata-kata sendiri.
      Hakikat pembelajaran bercerita dengan menggunakan media blog dan  tim bicara adalah melalui tiga tahapan, yaitu:
a.       Pertama, peserta didik secara berkelompok membuka web rahminismp2mks.blogspot.co.id  yang berjudul Pemanfaatan Media dan Tim Bicara untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita dan menonton video fabel.
b.      Kedua, setiap peserta didik menentukan rincian peristiwa dengan mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang  terdapat pada web itu juga.
c.       Ketiga, peserta didik secara bergantian di dalam kelompoknya menyampaikan isi cerita.
d.      Keempat, kelompok tampil bercerita di depan kelas.
5. Penilaian Keterampilan Berbicara
            Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:58) tes berbicara merupakan suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes praktik berbicara , yaitu melalui diskusi kelas dengan cara salah satu dari kelompok yang sudah dibagi guru secara heterogen maju di depan kelas mempresentasikan hasil
Penilaian Keterampilan Berbicara Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:58) tes berbicara merupakan suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes praktik berbicara , yaitu melalui diskusi kelas dengan cara salah satu dari kelompok yang sudah dibagi guru secara heterogen maju di depan kelas mempresentasikan hasil (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001:290) yang telah dimodifikasi. Penilaian yang dikembangkan Jakobovist dan Gordon (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001:290), yaitu sebagai berikut
Tabel 1.Pedoman Penilaian Menurut Jakobovist dan Gordon
No
Aspek yang dinilai
Tingkatan skala
1
Keakuratan informasi
(sangat buruk--- akurat sepenuhnya)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  
2
Hubungan antar informasi
(sangat sedikit-- - berhubungan sepenuhnya)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
3
Ketepatan struktur dan kosakata (tidak tepat--- tepat sekali)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
4
 Kelancaran (terbata-bata--- lancar sekali)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
5
Kewajaran urutan wacana (tak normal-normal)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
6
Gaya pengucapan (kaku--- wajar)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 

Jumlah Skor


Modifikasi dilakukan sehubungan dengan keperluan penilaian dalam berbicara. Adapun aspek penilaian dalam pembelajaran keterampilan berbicara sebagai berikut.

Tabel 2. Aspek Penilaian Keterampilan Berbicara
No.
Aspek yang Dinilai
Skor


1
2
3
4
5
1
Pelafalan





2
Volume suara





3
Pilihan kata





4
Intonasi dan jeda





5
Kelancaran





6
Percaya diri






Keterangan Skor tabel:
 5: Sangat baik
4: Baik
3: Cukup
2: Kurang
1:Tidak baik
Deskripsi Skor:
1) Aspek Pelafalan
5; Pelafalan fonem sangat jelas, tidak terpengaruh dialek asal, intonasi sangat jelas.
4; Pelafalan fonem jelas, tidak terpengaruh dialek asal, intonasi jelas
3; Pelafalan fonem cukup jelas, sedikit terpengaruh dialek asal, intonasi cukup jelas.
2; Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek asal, intonasi tidak begitu jelas.
1; Pelafalan fonem tidak jelas, terpengaruh dialek asal, intonasi tidak jelas.
2) Aspek Volume Suara
5; Volume suara keras dan lantang, sehingga bisa didengar oleh seluruh pendengar.
4; Volume suara keras namun kurang lantang, terdengar oleh seluruh pendengar. 3; Volume
    suara dapat didengar namun tidak keseluruhan pendengar menengar.
2; Volume kurang terdengar dan tidak jelas.
1; Volume suara tidak terdengar dan tidak jelas.
3) Aspek Pilihan Kata
5; Kata-kata sangat sopan, tidak ambigu, dan tidak menyinggung perasaan
4; Kata-kata sopan, tidak ambigu, dan tidak menyinggung perasaan sesuai dengan topik.
3; Kata-kata cukup sopan, sedikit membingungkan, tidak menyinggung perasaan sesuai dengan
    topik.
2; Kata-kata kurang sopan, ambigu, sedikit menyinggung perasaantidak sesuai dengan topik.
1; Kata-kata tidak sopan, ambigu, dan menyakiti perasaan tidak sesuai dengan topik.
4) Aspek intonasi dan jeda
5; penempatan jeda sangat tepat, nada dan intonasi suara sangat sesuai.
4; penempatan jeda tepat, nada dan intonasi suara sesuai.
3; penempatan jeda cukup baik, intonasi kurang sesuai.
2; penempatan jeda kurang, dan dan intonasi kurang sesuai.
1; penempatan jeda tidak sesuai, nada dan intonasi tidak sesuai.
5) Aspek Kelancaran
5; Berbicara lancar, tidak tersendat-sendat, penempatan jeda sesuai.
4; Berbicara lancar, tidak tersendat-sendat, penempatan jeda kurang sesuai.
3; Berbicara lancar, tidak tersendat-sendat, tidak ada jeda.
2; Berbicara kurang lancar, tersendat-sendat, tidak ada jeda.
1; Berbicara tidak lancar, tersendat-sendat, tidak ada jeda.
6) Aspek Percaya Diri
5; Tidak malu-malu, tenang, menguasai panggung, dan tidak grogi.
4; Tidak malu-malu, tenang, penguasaan panggung cukup, dan tidak grogi.
3; Sedikit malu-malu, cukup tenang, penguasaan panggung cukup, dan sedikit grogi.
2; Malu-malu, panik, penguasaan panggung kurang, sedikit grogi.  
1; Malu-malu, panik, penguasaan panggung tidak baik, dan grogi.

BAB III 
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemanfaatan media blog dalam pembelajaran bercerita peserta didik SMP kelas VII.1. Setelah penyampaian tujuan pembelajaran, pendidik menyampaikan secara singkat lngkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pendidik menyampaikan kepada peserta didik website yang harus mereka buka. Pada web tersebut pendidik telah memasukkan video fabel dan langkah-langkah pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa.
            Dengan adanya video fabel tersebut, peserta didik dapat melihat kegiatan yang dilakukan oleh tokoh cerita. Di samping mereka bisa  mendengarkan dialog antartokoh. Hal ini, tentu akan lebih memudahkan peserta didik memahami isi cerita dibandingkan jika mereka hanya membaca 
cerita fabel.
Tim bicara merupakan sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan yang sama dalam hal keterampilan/kemampuan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dengan bergabung pada tim bicara,  maka anggota dengan keterampilan yang saling melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan meminimalkan kelemahan mereka.
Keterampilan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca mengarahkan siswa agar mampu mengemukakan ide secara lisan dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas. Agar ide dapat disampaikan kepada pendengar, maka dalam menceritakan kembali cerita anak yang dibaca siswa harus menjaga bahasa, suara, intonasi, dan dapat menggambarkan gagasannya dengan baik.
B.  Saran
  Berdasarkan kesimpulan di atas,  maka disarankan sebagai berikut:
1.    Kiranya pemanfaatan media blog dan tim bicara untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa dijadikan bahan masukan bagi guru Bahasa Indonesia di SMP  dalam mengembangkan media pembelajarn yang kreatif  dan inovatif  lainnya. 
2.    Kiranya pemanfaatan media blog dan tim bicara untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa dijadikan bahan masukan bagi guru Bahasa Indonesia di SMP diajdikan sebagai bahan komparasi untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif lainnya.
       


DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Adrianita Widiastuti. 2013. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali
Cerita Anak Melalui Teknik Demonstrasi dengan Media Boneka Upin dan Ipin
Siswa Kelas VI-B SMP Futuhiyyah Mranggen Kabupaten Demak. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang
Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.
Huda, M. (2011).Cooperative Learning, edisi 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Wina.2006.Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.
Sujana, nana, dan ahmad rivai, 2002, Media pengajaran, Bandung:Sinar Baru
Olivia Vita, Egga.2009. Keefektifan Penggunaan Media ”Kartu Kerja” Terhadap
Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Tulung Klaten
Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Surakarta: FKIP  Universitas Sebelas Maret.
Nur Utari, Rr. Pradina. 2014. Studi Kemampuan Menceritakan Kembali Isi Cerita Pada
Anak Kelompok A Di Gugus 2 Kecamatan Kretek Bantul.Skripsi:Universitas
Negeri Yogyakarta
Warsono, Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Assement, edisi 2,
  Bandung: Remaja Rosdakarya.
  cooperative-lear
https://5enibudaya.wordpress.com/2013/06/19/video-sebagai-media-pembelajaran/




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah                       : SMP  Negeri  2  Makassar
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester            : VII/Genap
Materi Pokok              :Mengapresiasi dan Mengkreasikan
                                     Fabel

Alokasi Waktu            :3 x 40 menit (12 Jampel)

A.   KOMPETENSI INTI
a.       Menghayati dan menghargai ajaran agama yang dianut.
b.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
c.       Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait (fenomena dan kejadian tampak mata
d.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B.   KOMPETENSI DASAR  DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

KI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
KI 4
4.11 Menceritakan kembali isi fabel/ legenda daerah setempat

4.11.1  Peserta didik menentukan rangkaian   
             peristiwa dalam cerita fabel
4.11.2  Peserta didik dapat menceritakan
             kembali isi fabel secara lisan.


C.   TUJUAN  PEMBELAJARAN
                  Melalui pembelajaran fabel/ legenda, peserta didik dapat :
1.      Menentukan rangkaian   peristiwa dalam cerita fabel
2.      Menceritakan kembali isi fabel secara lisan.

D.   Materi Pembelajaran
Reguler
1.      Materi Pembelajaran
a.       Menentukan rangkaian   peristiwa dalam cerita fabel
b.      Praktik menceritakan fabel

E.   METODE PEMBELAJARAN
1.      Pendekatan                   :  Saintifik
2.      Teknik Pembelajaran   :   Pemanfaatan Media Blog dan Tim Bicara

F.    MEDIA / ALAT DAN BAHAN PEMBELAJARAN
1.      Media      :
-          Website

2.      Alat dan bahan
-          HP android
-          Kertas, ballpoin

G.   SUMBER PEMBELAJARAN
     Sumber Belajar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014a. Bahasa Indonesia  Kelas VII . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 198 s.d 211
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014b: Buku Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm.  103 s.d.109
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2010. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

H.   KEGIATAN PEMBELAJARAN
       Pertemuan Pertama :

Pendekatan Saintifik
Uraian Kegiatan
Alokasi Waktu

Pendahuluan
·         Peserta didik dengan dipimpin temannya bersama pendidik melakukan doa bersama sebelum pembelajaran dimulai.(religius)
·         Peserta didik merespon salam dan pertanyaan dari pendidik  yang berhubungan dengan kondisi peserta didik.
·         Peserta didik merespon pertanyaan pendidik yang berkaitan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
·         Pendidik menjelaskan indikator yang akan dicapai.
·         Peserta didik duduk berkelompok sesuai anjuran pendidik
10 menit


                        
Kegiatan Inti
Mengamati
    ·         Pendidik menyampaikan website yang harus 
           dibuka olehpeserta didik.
    ·         Pendidik membantu siswa membuka website yang 
           telah disiapkan pendidik.
    ·         Pendidik menjelaskan langkah-langkah yang harus       diikuti yaitu menonton video kemudian mengikuti       langkah-langkah yang sudah ada di website.
    ·         Peserta didik menonton video yang telah disiapkan 
           pendidik.
    ·         Pendidik membagikan kartu yang berisi kegiatan 
           yang harus dilakukan peserta didik.
    ·         Peserta didik  membaca petunjuk yang harus 
           dilakukan.
    ·         Sambil duduk melingkar  peserta didik menonton 
           video fabel.
    ·         Setiap anggota kelompok  harus memperhatikan           bagian video untuk diceritakan.

     Menanya
    ·         Peserta didik dengan percaya diri dan                           menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan 
           benar       menanyakan tentang memahami isi               cerita    fabel,
     ·         Sebagai pertanyaan pemandu dapat digunakan :
a.       Apa judul cerita?
b. Di mana tempat terjadinya?
c.       Apa yang dialami tokoh cerita?
d.      Permasalahan apa yang terjadi?
e.       Kegiatan apa yang dilakukan oleh tokoh untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi?
f.       Bagaimana akhir cerita?

Mengumpulkan Informasi
·         Peserta didik diarahkan untuk mengumpulkan informasi tentang  memahami isi cerita fabel, praktik  bercerita .
·         Setelah selesai menonton video fabel, diundi anggota kelompok untuk menentukan urutan bercerita di dalam kelompok.
·         Peserta didik yang ke-1, menceritakan judul dan tempat terjadinya cerita.
·         Peserta didik yang ke-2 menceritakan kejadian/peristiwa yang dialami tokoh cerita.
·         Peserta didik yang ke-3 menceritakan puncak  permasalahan yang dialami tokoh.
·         Peserta didik ke-4 menceritakan  apa yang dilakukan tokoh dalam memecahkan permasalahan yang dialami.
·         Peserta didik ke-5 menceritakan  akhir cerita fabel.
·         Pesrta didik bisa juga tidak mengikuti pembagian tersebut.
·         Berlatihlah bercerita di tempat masing-masing sebelum tampil di depan kelas.
·         Setelah mereka menguasai isi cerita mereka tampil   bercerita di depan kelas.

Mengomunikasikan
·         Semua anggota kelompok maju untuk bercerita secara bergantian menyampaikan isi cerita di depan kelas.
·         Secara bergantian menyampaikan isi cerita di depan kelas.
·         Peserta didik yang ke-1 mulai bercerita dilanjutkan peserta didik ke-2 dan seterusmya sampai peserta didik ke-5.

50 menit


Penutup
·         Pendidik  memberi apresiasi kepada peserta didik .
·         Pendidik bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran dan memberikan penilaian terhadap hasil beljar peserta didik
·         Bersama pendidik, peserta didik mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami isi cerita fabel, praktik menentukan pola pengembangan isi teks
·         Pendidik memberi umpan balik dan hasil pembelajaran.
·         Pendidik menutup pembelajaran (menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
·         Pendidik bersama peserta didik menutup proses pembelajaran dengan doa yang dipimpin oleh ketua kelas.
10 menit

A.   PENILAIAN PEMBELAJARAN, REMEDIAL dan PENGAYAAN
Pertemuan Pertama
1. Teknik Penilaian
    a. Penilaian sikap sosial dilakukan dengan observasi/jurnal
    b. Penilaian keterampilan dengan teknik kinerja
2. Instrumen Penilaian
    a. Instrumen Jurnal

Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual dan  Sosial                   

 No
    
Tanggal
 
  Nama Siswa
  Catatan   Perilaku
  Butir Sikap
 Keterangan































1.      Penilaian Keterampilan
Lembar Penilaian Keterampilan

FORMAT PENILAIAN
Kelas         :
Kelompok             :
No.
Yang Dicermati
Skor
Jumlah Skor
1
2
3
4
1
Kelancaran penceritaan




2
Ketepatan isi dengan cerita yang dibaca





3
Intonasi dan kejelasan lafal





4
Kekompakan





5
Kepercayaan diri






Keterangan 4 = semua anggota kelompok melakukan secara tepat 3 = sebagian besar anggota kelompok melakukan secara tepat 2 = tepat sebagian kecil anggota kelompok melakukan secara tepat 1 = semua anggota melakukan secara tidak tepat
Kriteria Penilaian :
                          Jumlah Skor Perolehan
Nilai          = ------------------------------------ X 100
                         Jumlah Skor Maksimal


Makassar,     Januari  2019
Mengetahui
Kepala Sekolah,                                                          Guru Mata Pelajaran,




Dr. St. Haniah, M.Pd.                                      Rahmini, S.Pd. M.Pd.
NIP. 19680208 199412 2 007                                    NIP.19720915 200003 2 003











Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYIMPULKAN UNSUR CERPEN

Cerita Fantasi