3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
a. Sintesis berbagai materi
Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
JIka
diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi
antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup).
Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu
menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah,
faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif
satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di
antaranya adalah:
- Murid
- Kepala
Sekolah
- Guru
- Staf/Tenaga
Kependidikan
- Pengawas
Sekolah
- Orang Tua
- Masyarakat
sekitar sekolah
Selain
faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga
berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya
adalah:
- Keuangan
- Sarana dan prasarana
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based
Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu,
apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan
dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua
kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin
diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang
terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan
kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based
Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn
Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk
pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan
mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan
sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang
bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang
positif.
Asset-Based
Community Development (ABCD)
yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
(PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan
Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di
Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan,
dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal,
dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas
yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap
pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah,
kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional
tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat
menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa
bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan
cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada
kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh
komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta
dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan.
Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan
aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar
menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010)
adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari
suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan
bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan
demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada
strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA
merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam
sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.
Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven
Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan
yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan
untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada
lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat
di suatu daerah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin
dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang
dimiliki oleh sekolahnya. Menemukan dan mengenali hal-hal yang positif
dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita
diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi
inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai
peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang
berpihak pada murid.
Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang
pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua warga sekolah baik dewan guru,
tendik, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah secara bersama-sama
menginventarisir/memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah.
Memanfaatkan aset tersebut sebagai
kekuatan yang dimiliki oleh sekolah agar
dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
Menurut
Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community
development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai
modal utama, yaitu:
1. Modal
Manusia
Salah satu modal utama yang dimiliki sekolah yaitu modal
manusia. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik
maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus
mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran
berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang lebih berpihak pada murid. Sekolah
mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sehingga
minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang
dengan maksimal.
2. Modal
Sosial
Selain
modal manusia, maka modal sosial juga perlu diperhatikan oleh pemimpin
pembelajaran dan pengelolaan sumber daya.
Pemimpin harus dapat melibatkan semua warga sekolah untuk saling
membantu dalam mengoptimalkan pemanfaatan asset, sehingga dapat meningkatkan
mutu pembelajaran yang berpihak kepada murid.
3. Modal
Fisik
Bangunan
yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran,
laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan. Infrastruktur atau sarana
prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur
komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
Pemanfaatan secara optimal, modal fisik itu dapat mewujudkan pembelajaran yang
berpihak kepada murid.
4.
Modal Lingkungan/alam
Bisa
berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam
upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Pemimpin pembelajaran dan
pengelolaan sumber daya bisa mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan sehingga
dapat mendukung pembelajaran yang berpihak kepada murid. Modal lingkungan yang
kondusif dapat dijadikan sumber belajar yang menyenangkan bagi murid.
5. Modal
Finansial
Dukungan
keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk
membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas. Pemimpin
pembelajaran yang mampu memanfaatkan aset finansial sehingga dapat
mengoptimalkan pemanfaatan modal finansial yang dapat mendukung pembelajaran
yang berpihak kepada murid. Mampu mencari celah yang dapat meningkatkan
pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan murid.
6. Modal
Politik
Modal
politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki
peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara
dalam peningkatan kualitas pembelajaran pembelajaran
yang berpihak kepada murid.
7. Modal
Agama dan budaya
Pemimpin
pembelajaran dan pengelolaan sumber daya yang menggunakan pendekatan asset
harus dapat memanfaatkan modal agama dan budaya yang beragam. Sehingga bisa
lebih mengoptimalkan /pembelajaran yang berpihak kepada murid.
- Kaitan dengan Modul Refeleksi
Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hajar
Dewantara pendidikan adalah suatu proses memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang
dimiliki sekolah yaitu modal manusia (guru dan murid). Ketika modal manusia
bisa dioptimalkan, sehingga bisa memanfaatkan modal aset lainnya. Pemimpin
harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada
murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat
zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan minat, bakat, dan
potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupannya.
- Kaitan dengan Modul Nilai dan
Peran Guru Penggerak
Seorang pemimpin harus
mampu memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah utamanya guru agar dapat
menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya seperti mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan diterapkan
nilai-nilai ini maka sekolah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil
pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak
mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta
kreatif.
- Kaitan dengan Modul Visi Guru
Penggerak
Materi pada modul ini
(Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) juga berkaitan dengan materi visi guru
penggerak. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas,
terarah dan tentunya visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya
yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri
Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin dapat melakukan
perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah
untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara
konsisten akan melahirkan budaya positif yang dapat mengoptimalkan pembelajaran yang
berpihak pada murid.
- Kaitan dengan Modul
Pembelajaran Berdiferensiasi, Sosial Emosional, dan Coaching
Dalam melaksanakan
pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai
dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki
utamanya aset manusia yaitu siswa. Peningkatan kompetensi sosial emosional
sehingga akan meningkatkan kesadaran diri dan dapat menyelesaikan masalah
sesuai kemampuannya sendiri. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan
bermakna bagi murid.
Potensi-potensi dan
kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan
memperhatikan sisi sosial emosional murid. Sebagai seorang pemimpin kita harus
memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang
mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching.
Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menggali potensi-potensi yang dimiliki guru/siswa untuk dapat dikembangkan. Guru
dapat menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan kekuatannya sendiri, dan
dapat membantu siswa. Sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan dirinya
secara optimal.
- Kaitan dengan Modul Pengambilan
Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Seorang pemimpin harus mengambil sebuah keputusan dengan
sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Ada 9 langkah yang
harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber
daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.
.
Komentar
Posting Komentar