PEMANFAATAN MEDIA BLOG DAN TEKNIK TIM BICARA
PEMANFAATAN MEDIA BLOG DAN TEKNIK TIM
BICARA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERCERITA SISWA SMP KELAS VII
Kata Pengantar
Puji syukur kamipanjatakan ke hadirat
Allah Swt. atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi, dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, April
2019
Penyusun
Rahmini, S.Pd., M.Pd.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Peran pendidik di abad ke-21 tidaklah ringan, sesuai dengan kemajuan zaman
yang serba online dan digital. Pendidikan harus segera berubah
ke arah yang lebih maju agar tidak tertinggal dengan negara lain. Pendidik
dituntut untuk berdaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Pendidik
tidak hanya mampu menyelenggarakan
pembelajaran seperti biasanya. Pendidik harus mampu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran,
mereka harus meningkatkan kemampuan digital literasi. Kemajuan
perkembangan teknologi mengakibatkan
pendidik harus meningkatkan penguasaan teknologi. Sehingga mereka dapat
mengmplementasikan dalam proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.
Selain pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, peserta
didik perlu dibekali kecakapan kolaborasi. Pada
karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagi peran dan
tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada
tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Dalam sebuah organisasi, kita
memerlukan kinerja tim yang baik untuk mendongkrak performa dan prestasi
organisasi tersebut. Selain kinerja individu, pembentukan dinamika tim sangat
berpengaruh dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman
kerjasama tim terhadap anggota kerja perlu dikenalkan saat pelatihan atau
pengembangan anggota organisasi.
Tim adalah
sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan yang
sama. Dalam Tim setiap orang mempunyai tugas yang mana dalam tugas
tersebut terdapat subtugas yang saling terkait.
https://www.selasar.com/jurnal/43163/Perbedaan-Definisi-Tim-dan-Kelompok.
Pada hakikatnya pada proses belajar
mengajar merupakan sebuah sistem, yang didalamnya memiliki berbagai komponen
yang saling bekerja sama dan terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen-komponen tersebut adalah tujuan pengajaran, pendidik dan peserta
didik, bahan pelajaran, metode dan strategi belajar mengajar, alat atau media,
sumber pelajaran dan evaluasi. Media pembelajaran merupakan wahana dan
penyampaian informasi atau pesan pembelajaran pada peserta didik.
Dengan adanya media pada proses belajar
mengajar, diharapkan dapat membantu pendidik dalam meningkatkan prestasi
belajar pada peserta didik. Oleh karena itu, pendidik hendaknya menghadirkan
media dalam setiap proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.
media pendidikan mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara
lain: hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas, sikap peserta didik yang
pasif, pengamatan peserta didik yang kurang seragam, sifat objek belajar yang
kurang khusus sehingga tidak memungkinkan dipelajari tanpa media, tempat
belajar yang terpencil dan sebagainya.
Tapi kenyataannya minat
peserta didik terhadap kegiatan bercerita masih rendah. Peserta didik cenderung
malas mengikuti pembelajaran bercerita, peserta didik terlihat malas-malasan
saat mengerjakan tugas bercerita dari pendidik. Banyak di antara peserta didik
yang memilih melakukan aktivitas di luar pembelajaran, misalnya berbicara di
luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku tersebut
menunjukan bahwa minat dan antusias peserta didik terhadap pembelajaran
bercerita tergolong rendah. Ketika pendidik memberikan tugas bercerita, banyak
di antara peserta didik yang mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut.
Proses belajar mengajar aspek berbicara khususnya dalam kompetensi dasar
bercerita kurang berhasil. Kemampuan peserta didik dalam aspek bercerita di
kelas VII.1
masih lemah dan belum sesuai dengan batas nilai ketuntasan belajar, yaitu 75.
Hal ini terlihat dari
berbagai faktor penyebab mengapa peserta didik tidak mendapatkan nilai
maksimal, diantaranya dalam proses pembelajaran berbicara khususnya kompetensi
dasar bercerita, selama ini pembelajaran bercerita tidak dilakukan secara serius dan peserta didik
beranggapan bahwa bercerita merupakan bagian sepele yang sering dilakukan oleh
siapa pun sehingga tidak memerlukan keterampilan khusus dalam pelaksanaannya.
Faktor lainnya, peserta didik cenderung kurang berani bercerita di depan umum.
Peserta didik merasa takut salah, malu, grogi, tegang, dan kurang percaya diri
bila ditunjuk untuk bercerita di depan kelas, hal tersebut disebabkan karena peserta didik tidak menguasai bahan
cerita dan pesertaa didik kurang mampu mengorganisasikan perkataannya pada saat
bercerita. Selain itu, faktor luar diri peserta didik juga berpengaruh
misalnya, penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik
juga mempengaruhinya. Serta kondisi dan tata ruang kelas yang tidak kondusif.
Dengan demikian, dapat diidentifikasi bahwa keterampilan bercerita peserta
didik masih rendah.
Berdasarkan hasil
pengamatan dari proses belajar mengajar keterampilan bercerita di kelas VII.1, ada beberapa faktor
yang menyebabkan siswa kurang terampil bercerita. Masalah-masalah yang timbul
dan teridentifikasi, yaitu (1) peserta didik kurang berani bercerita di depan
umum, (2) peserta didik merasa takut, malu-malu, dan kurang percaya diri bila
ditunjuk untuk bercerita di depan kelas, (3) kata-kata yang digunakan peserta didik
saat bercerita kurang menarik, (4) peserta didik tidak menguasai bahan cerita,
(5) guru menggunakan media pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik.
Pesatnya
perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi telah dapat dimanfaatkan
dalam dunia pendidikan. Internet kini telah menjadi sumber belajar alternatif.
Perkembangan internet yang sangat pesat, dapat dimanfaatkan untuk menunjang
peningkatan prestasi belajar siswa yaitu belajar melalui media blog. Blog atau web
pribadi dapat menyimpan materi-materi atau bahan ajar yang relevan dengan
bidang kita. Guru dapat membuat blog dan mengisinya dengan berbagai informasi
yang bersentuhan dengan kegiatan pembelajaran. Beberapa informasi yang dapat
diunggah di antaranya materi
pembelajaran, soal ulangan, materi pelajaran, tugas siswa, dan lain-lain.
Dengan kata lain, blog ini dapat dijadikan media pembelajaran alternatif. Media
pembelajaran melalui blog memiliki banyak keuntungan. Siswa dapat belajar
materi lebih lengkap, waktu yang lebih lama, dan tentunya suasana yang lebih menyenangkan.
Blog juga dapat
dimanfaatkan oleh para guru untuk media pembelajaran, yaitu Blog guru sebagai
pusat pembelajaran. Guru dapat menuliskan materi belajar, tugas, maupun bahan
diskusi di blognya, kemudian para muridnya bisa berdiskusi dan belajar
bersama-sama di blog gurunya tersebut. Selain itu blog guru dan murid juga
dapat saling berinteraksi. Guru, yang harus memiliki Blog, menghar uskan murid
memiliki blognya masing-masing, sebagai sarana mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh gurunya. Metode ini bisa memacu iklim kompetisi antar siswa,
karena tentu saja para siswa ingin blognya menjadi yang terbaik. Setelah semua
siswa memiliki Blog dibuatlah suatu komunitas blogger pebelajar. Ada sebuah
Blog sebagai pusat pembelajaran (bisa berupa blog aggregator atau blog dengan
beberapa kontributor), dengan guru-guru dan siswa dari berbagai sekolah bisa
tergabung dalam komunitas blogger pebelajar tersebut. Conventional Learning dan
e-Learning Menyikapi perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi diatas,
menyebabkan adanya perubahan metode konvensional dalam proses belajar mengajar
yang digantikan dengan metode e-learning. Metode conventional learning yang
mengharuskan pengajar dan pebelajar harus bertatap muka langsung di ruangan
memiliki beberapa ciri, yaitu: 1) pembelajaran tergantung pada pengajar; 2)
seluruh kegiatan belajar mengajar terpusat di dalam ruang; 3) pengajar
merupakan sumber ilmu; 4) dibatasi jarak, ruang dan waktu; dan 5) harus
memiliki sarana dan prasarana belajar mengajar yang memadai serta sumber daya
manusia pengajaar yang memahami setiap materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Sedangkan ciri-ciri e-learning adalah: 1) pembelajaran tidak tergantung kepada
pengajar; 2) banyaknya sumber materi dan Blog sebagai Alternatif Media
Pembelajaran (Mariana K) -43- kemudahan akses; 3) peran pengajar hanya sebagai
mediator atau pembimbing; 4) proses belajar tidak terkendala jarak, ruang dan
waktu (Mariana: 2011:42).
Pembelajaran
keterampilan bercerita sebaiknya pendidik memberdayakan media pembelajaran yang
ada serta sesuai dengan teknik
pembelajaran yang diterapkan. Selain itu, materi pembelajaran juga menjadi
faktor penentu dalam pemilihan media. Hal tersebut, dikarenakan setiap
materi mempunyai karakteristik tersendiri yang turut menentukan dalam pemilihan
media. Begitu pula dalam pembelajaran berbicara khususnya bercerita, seorang
pendidik harus memilih dan menggunakan media yang sesuai sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peneliti
menggunakan video sebagai media penelitian di dasarkan pada beberapa alasan.
Media video merupakan media yang paling efektif untuk pengajaran dalam
mengembangkan pembendaharaan kata, melatih diri untuk mendengar, menyimak, dan
bercerita pada siswa. Menurut Evanda (http://dewey.petra.ac.id) diunduh pada
tanggal 18 Oktober 2011, keberadaan sebuah media pembelajaran dan alat
permainan edukatif sangat dibutuhkan bagi peserta didik, karena dapat membantu
memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.
B.
Rumusan Masalah
Pembelajaran bercerita telah dilaksanakan secara berkelompok.
Peserta didik diberikan media berupa teks cerita. Kemudian mereka disuruh
menghafal cerita tersebut. Setelah itu,
mereka disuruh tampil bercerita di depan kelas. Ternyata hanya beberapa orang
yang bisa tampil bercerita. Terkadang dalam satu kelompok hanya sebagian
anggotanya yang hafal ceritanya, dan itu menghambat kelompoknya tampil
bercerita. Oleh karena itu, dilakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan media blog dan teknik tim bicara diharapkan
sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan bercerita. Pertanyaan yang harus diuji adalah 1. Bagaimana pemanfaatan media blog dapat
meningkatkan kemampuan bercerita peserta didik
SMP kelas VII?
2. Bagaimana
penerapan teknik tim bicara dapat meningkatkan kemampuan bercerita peserta
didik SMP kelas VII?
C. Tujuan Penulisan
Makalah
Penulisan ini berfokus pada kreasi
dan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan media blog dan teknik tim bicara.
Dengan pembelajaran yang memanfaatkan media blog dan teknik tim bicara ini diharapkan dapat
bermanfaat terutama:
- Agar
memudahkan peserta didik bercerita dengan mengikuti langkah-langkah kegiatan yang terdapat
pada media blog.
- Agar
menarik perhatian peserta didik
sehingga mau menceritakan
isi cerita yang ditonton
secara berkelompok.
3. Menciptakan
pembelajaran yang bermakna, yakni aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan
4.
Sebagai bahan masukan bagi
guru Bahasa Indonesia di SMP dalam
mengembangkan metode dan media pembelajaran yang kreatif
dan inovatif lainnya.
D.
Mafaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat media
blog dan teknik tim bicara ini adalah:
1.
Sebagai bahan masukan bagi
guru Bahasa Indonesia di SMP dalam
mengembangkan metode dan media pembelajaran yang kreatif
dan inovatif lainnya.
2.
Sebagai bahan komparasi untuk
menciptakan pembelajaran yang inovatif lainnya.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Media Blog
1. Definisi Media
Media adalah sesuatu yang mengantarkan atau
meneruskan pesan yang berisi informasi antara pengirim informasi dengan
penerima. Media berasal dari kata bahasa latin yaitu adalah medius yang berarti
tengah. Kata media di dalam bahasa indonesia berarti antara atau sedang.
Sehingga dapat di artikan juga media adalah berupa bentuk dan saluran yang di
gunakan di dalam proses penyajian informasi.
Media pada awalnya dikenal dengan alat
peraga, selanjutnya dikenal dengan audio visual, selanjutnya dikenal dengan
materi pembelajaran dan pada saat ini di dalam dunia pendidikan digunakan
sebagai media pendidikan atau yang disebut media pembelajaran. Di dalam
perkembangan zaman, sekarang muncullah e-learning yang berupa singkatan dari
kata e yang berarti elektronik dan learning
yang berarti pembelajaran.
Pengertian media banyak sekali dan banyak
pula yang berbeda pendapatnya antara satu ahli dengan ahli yang lain, antara
lain:
a. Menurut Sadiman, dkk. (2002:6) media
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dan pengiriman pesan
kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat
serta perhatian siswa sedemikian rupa, yang sehingga
proses
belajar mengajar berlangsung dengan
efektif dan efesien sesuai dengan
yang diharapkan.
b. Blanke dan Horalsen, media adalah suatu
saluran komunikasi yang memang
digunakan
sebagai
penyampai pesan kepada penerima pesan dari pemberi pesan.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/10/pengertian-media-menurut-para-ahli-lengkap.html.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa, yang sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan
efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan.
2. Sekilas Blog
Blog pertama
kemungkinan besar adalah halaman “What’s New” pada browser Mosaic yang dibuat
oleh Marc Andersen pada tahun 1993. Mosaic adalah browser pertama sebelum
adanya Internet xplorer bahkan sebelum Nestcape. Bulan Januari 1994 Justin Hall
memulai website pribadinya “Justin’s Home Page” yang kemudian berubah menjadi
“Links from the Underground” yang mungkin dapat disebut sebagai Blog pertama
seperti yang kita kenal sekarang. Hingga pada tahun 1998, jumlah Blog yang ada
masih sangat sedikit. Hal ini disebabkan karena saat itu diperlukan keahlian
dan pengetahuan khusus tentang pembuatan website, HTML, dan web hosting untuk
membuat Blog, sehingga hanya mereka yang berkecimpung di bidang Internet,
System Administrator atau Web Designer yang kemudian pada waktu luangnya
menciptakan Blog-Blog mereka sendiri. https://www.kompasiana.com/harisusanto/55006e3ba33311fb6f510fd6/pengertian-dan-sejarah-blog (19 Jan 2019)
Pada
awalnya, istilah blog adalah weblog yang digunakan Jorn Barger pada 19 Desember
1997. Pada saat itu hanya ada sekitar
100 weblog di dunia dan weblog yang pertama kali muncul adalah xanga. Pada April
1999 istilah weblog berubah menjadi we blog karena ketidaksengajaan Peter
Merholz memisahkan kata we dengan blog. semenjak itu, istilah blog mulai
dikenal secara luas di seluruh dunia. Apalagi pada tahun itu, blog semakin
populer berkat Eans William dan Meg Hourian yang membuat blog tools (blogger)
yang mana dengan tools tersebut, memungkinkan pengguna dapat membuat blog
miliknya sendiri dengan mudah dan cepat. Pada tahun 2001, perkembangan blog
menjadi semakin pesat karena banyak orang yang sadar akan manfaat blog. orang
semakin banyak memberdayakan blog dengan tujuan masing-masing. Sehingga munculah
beraneka ragam blog, mulai dari blog di bidang edukasi, jurnalisme bahkan di
bidang politik. (https://donyprisma.wordpress.com/2011/05/21/sejarah-blog/)
Blog
adalah kependekan dari Weblog, istilah ini pertama kali digunakan oleh Jorn
Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk
menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan
berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan
komentar-komentar mereka sendiri.
Dengan kata lain, Weblog dapat diartikan sebagai kumpulan website pribadi yang memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada web dengan mudah, seperti karya tulis, kumpulan link internet, dokumen-dokumen(file-file WOrd,PDF,dll), gambar ataupun multimedia. Ada pula yang mendefinisikan blog sebagai situs yang sifatnya pribadi, yang lebih menitik beratkan kepada penggambaran dari orang yang membuat blog itu sendiri. Seiring dengan perkembangn weblog dari waktu ke waktu, pengertian weblog akan berkembang seiring dengan ide-ide dan kemauan para Blogger. Blogger adalah para pembuat Blog. Melalui blog yang dibuat oleh blogger, kepribadian blogger menjadi lebih mudah dikenali berdasarkan topik apa yang disukai, apa tanggapan terhadap link-link yang di pilih di dalamnya. Oleh karena itu, blog bersifat sangat personal. (https://www.kompasiana.com/harisusanto/55006e3ba33311fb6f510fd6/pengertian-dan-sejarahblog).
Dengan kata lain, Weblog dapat diartikan sebagai kumpulan website pribadi yang memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada web dengan mudah, seperti karya tulis, kumpulan link internet, dokumen-dokumen(file-file WOrd,PDF,dll), gambar ataupun multimedia. Ada pula yang mendefinisikan blog sebagai situs yang sifatnya pribadi, yang lebih menitik beratkan kepada penggambaran dari orang yang membuat blog itu sendiri. Seiring dengan perkembangn weblog dari waktu ke waktu, pengertian weblog akan berkembang seiring dengan ide-ide dan kemauan para Blogger. Blogger adalah para pembuat Blog. Melalui blog yang dibuat oleh blogger, kepribadian blogger menjadi lebih mudah dikenali berdasarkan topik apa yang disukai, apa tanggapan terhadap link-link yang di pilih di dalamnya. Oleh karena itu, blog bersifat sangat personal. (https://www.kompasiana.com/harisusanto/55006e3ba33311fb6f510fd6/pengertian-dan-sejarahblog).
3. Pemanfaatan Blog
sebagai Media Pembelajaran
Manfaat blog bagi guru antara lain sebagai bukti
portofolio terkait profesionalitasnya, pengembangan prosesnya belajar yang
bervariatif, sebagai media ajarnya dan pembelajaran, tempat berdiskusi, berbagi
informasi dan berkomunikasi (Muhammad Adri, 2008: 12). Relatif murah biayanya dan bisa
menembus ruang serta mengembangkan jaringan lebih luas antar guru merupakan
keunggulan blog. Guru melalui blog dapat menuangkan gagasan atau idenya,
menampilkan materi pelajarannya yang bisa diunduh siswa, tauttan link sebagai
rujukan, memberikan tugas
dan evaluasi belajar. https://jurnal.uns.ac.id/bise/article/download/16814/13572
Blog sangat
memudahkan bagi siapapun yang ingin mendapatkan informasi tanpa harus bersusah
payah mencari buku, hanya bermodal internet siapapun dapat mencari informasi
apapun di dalam blog. Manfaat lainnya dengan adanya blog adalah siswa tidak
gagap akan teknologi berbeda dengan jaman dahulu sebelum adanya blog banyak
siswa tidak tahu menau tentang internet dan semacamnya.
Menurut
Sujana dkk. [2002:2] beberapa manfaat media pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a.
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi.
b. Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik.
c. Metode
mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
peraturan kata-kata oleh guru sehingga siswa
tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
d. Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru
tapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan.
Pemanfaatan media blog dalam pembelajaran
bercerita peserta didik SMP kelas VII.1. Setelah penyampaian tujuan
pembelajaran, pendidik menyampaikan secara singkat lngkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pendidik menyampaikan kepada peserta didik
website yang harus mereka buka. Pada
web tersebut pendidik telah memasukkan video fabel dan langkah-langkah pembelajaran
yang harus diikuti oleh siswa.
Dengan adanya video fabel tersebut,
peserta didik dapat melihat kegiatan yang dilakukan oleh tokoh cerita. Di
samping mereka bisa mendengarkan dialog
antartokoh. Hal ini, tentu akan lebih memudahkan peserta didik memahami isi
cerita dibandingkan jika mereka hanya membaca cerita fabel.
B. Tim Bicara
1. Definisi Tim
Tim adalah kelompok yang
usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi dari pada jumlah
masukan individual[1]. Tim bisa melakukan berbagai hal:
membuat produk, memberikan jasa, menegosiasikan berbagai perjanjian,
mengoordinasi proyek-proyek, memberikan nasihat, dan membuat keputusan[2].
https://id.wikipedia.org/wiki/Tim
Tim adalah
sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan yang
sama. Dalam Tim setiap orang mempunyai tugas yang mana dalam tugas
tersebut terdapat subtugas yang saling terkait.
https://www.selasar.com/jurnal/43163/Perbedaan-Definisi-Tim-dan-Kelompok
Dalam sebuah
organisasi, kita memerlukan kinerja tim yang baik untuk mendongkrak performa
dan prestasi organisasi tersebut. Selain kinerja individu, pembentukan dinamika
tim sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu,
pemahaman kerjasama tim terhadap anggota kerja perlu dikenalkan saat pelatihan
atau pengembangan anggota organisasi. Ada dua istilah yang sering dikatakan di
sekeliling kita saat pembekalan organisasi yakni tim dan kelompok,
tetapi masih banyak dari mereka yang belum memahami perbedaan kedua
istilah tersebut.
Tim dan
kelompok memiliki makna yang berbeda. Dalam sebuah organisasi, kelompok dan tim
terlihat berbeda dalam pelaksanaan atau proses kerjanya. Sebelum membahas lebih
lanjut, kita perlu mencari tahu definisi tim dan kelompok oleh beberapa ahli.
Menurut De
Vito (1997), kelompok merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua
anggota untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling
berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki
semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok mengembangkan
norma-norma, atau peraturan yang mengidentifikasi tentang apa yang dianggap
sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya. Kelompok dibedakan
menjadi dua macam yakni kelompok formal dan informal. Kelompok formal
didasarkan pada akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja.
Sedangkan, kelompok informal lebih didasarkan pada hubungan dan persetujuan
informal di antara anggota kelompok dibanding hubungan peran yang telah
ditentukan manajemen.
Definisi tim
menurut Naresh Jain (2009), tim memiliki anggota dengan keterampilan yang
saling melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi
yang memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan
meminimalkan kelemahan mereka. Anggota tim diharapkan mampu belajar untuk
saling membantu, mengenali potensi diri mereka, dan menciptakan lingkungan yang
memungkinkan setiap orang untuk melampaui keterbasannya. https://www.selasar.com/jurnal/43163/Perbedaan-Definisi-Tim-dan-Kelompok
Sebuah tim
(team) adalah sebuah unit yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang
berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk menyelesaikan sebuah
tugas yang spesifik (Daft, 2003:171). Definisi ini mempunyai tiga komponen.yakni;
a. Pertama,
diperlukan 2 orang atau lebih. Tim dapat cukup besar,walaupun kebanyakan kurang
dari 15 orang.
b. Kedua,
orang dalam sebuah tim melakukan interaksi secara teratur.
Menurut
Naresh Jain (2009). Tim memiliki anggota dengan keterampilan yang saling
melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang
memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan
meminimalkan kelemahan mereka.
2. Membangun
Tim Efektif
Robert B. Maddux dalam bukunya Team Building
mengatakan bahwa manfaat membangun tim yang efektif adalah sebagai berikut:
a.
Dengan adanya tim maka sasaran yang realistis ditentukan, dan dan dapat dicapai
secara
optimal.
b.
Anggota tim dan pemimpin tim memiliki komitmen untuk saling mendukung satu sama
lain
agar tim berhasil.
c.
Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya dan dapat saling membantu satu
sama lain
d. Komunikasi
bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki kinerja lebih
berjalan
secara baik, karena
anggota tim terdorong untuk lebih memikirkan permasalahannya.
e. Pemecahan
masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai.
f. Umpan
balik kinerja lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang diharapkan dan
dapat membandingkan
kinerja mereka terhadap sasaran tim.
g. Konflik
diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai kesempatan untuk
menyelesaikan masalah.
Melalui diskusi tersebut konflik bisa diselesaikan secara maksimal.
h. Keseimbangan
tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan pribadi.
i. Tim
dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas kontribusi
pribadinya.
j. Anggota
kelompok termotivasi untuk mengeluarkan ide-idenya dan mengujinya serta
menularkan dan
mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
k. Anggota
kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai kebiasaan kerja dan
menyesuaikan perilakunya untuk mencapai
standar kelompok.
l.
Anggota kelompok lebih berprestasi dalam bekerjasama dengan tim dan tim
lainnya.
2.
Konsep Berbicara
Keterampilan
berbicara atau retorika adalah seni tentang
berbicara berbicara yang dimiliki seseorang. Seni berbicara ini
dimiliki seseorang secara alami atau pun dengan menggunakan latihan khusus. Keterampilan
berbicara ini merupakan seni tentang berbicara yang
merupakan sarana komunikasi dengan bahasa lisan meliputi proses
penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan tujusan melaporkan, menghibur, atau
meyakinkan orang lain.
Dalam proses penyampaian gagasan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
·
pembicara
·
lawan bicara (penyimak)
·
lambang (bahasa lisan)
Henry Guntur Tarigan1 (1983:15)
dalam bukunya Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa mengemukakan
bahwa
·
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta
menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui
rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung
secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik)
pembicara.
·
Masih menurut Henry Guntur Tarigan2 (2008:3)
dalam buku Berbicara menjelaskan bahwa berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului
oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau
berujar dipelajari.
Arsjad dan Mukti U. S. (1993:23) mengemukakan bahwa kemampuan
berbicara adalah
kemampuan mengucapkan
kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. https://www.trigonalmedia.com/2014/12/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli.html
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tim
bicara merupakan
sekelompok orang yang saling
berhubungan atau bekerja sama untuk tujuan yang sama dalam hal keterampilan/kemampuan
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dengan bergabung pada tim
bicara, maka anggota dengan keterampilan
yang saling melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang
terkoordinasi yang memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan
mereka dan meminimalkan kelemahan mereka. Anggota tim diharapkan mampu belajar
untuk saling membantu, mengenali potensi diri mereka, dan menciptakan
lingkungan yang memungkinkan setiap orang untuk melampaui keterbasannya.
C.
Bercerita
Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental,
keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain (http://kbbi.co.id/arti-kata/cerita).
Burhan Nurgiyantoro (2001:289) mengungkapkan
bahawa bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang
bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada
dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik
dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata,
kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan
berbicara yang baik. Sedangkan menurut Tarigan (1981:35) bercerita merupakan
salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada orang lain. Dikatakan demikian karena berbicara termasuk dalam situasi
informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi
jelas. Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita,
ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat,
dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang
diperolehnya (Diakses Hisam Sam pada 22 Desember 2016).
1. Pengertian Menceritakan Kembali Isi Cerita
Pada dasarnya kegiatan menceritakan kembali
merupakan kegiatan mengungkapkan kembali apa yang dibaca maupun yang didengar.
Kegiatan menceritakan kembali dapat diimplmentasikan secara lisan maupun
tertulis. Kegiatan menceritakan kembali secara tulis, identik dengan kegiatan
menuliskan kembali cerita sedangkan kegiatan menceritakan kembali secara lisan,
identik dengan kegiatan bercerita. Dalam pembahasan ini lebih menekankan pada
menceritakan kembali secara lisan. Menceritakan kembali secara lisan merupakan
berbicara untuk menginformasikan. Sesuatu yang disampaikan oleh pencerita dalam
bentuk cerita anak merupakan sebuah informasi bagi pendengar. Selain itu,
kegiatan menceritakan kembali merupakan jenis bercerita. Kegiatan tersebut bisa
dilakukan dengan satu pendengar, dalam kelompok kecil, maupun dalam kelompok
besar. Bercerita merupakan kegiatan menuturkan kejadian, menyampaikan gambaran
atau kejadian yang benar-benar terjadi maupun hasil rekaan. Menurut Subyantoro
(2007: 14) mengemukakan bercerita sebagai suatu kegiatan yang disampaikan oleh
pencerita kepada siswanya, ayah, ibu dan ibu kepada anak-anaknya, juru
bercerita kepada pendengarnya. Bercerita juga merupakan suatu kegiatan yang
bersifat seni, karena erat kaitannya dengan bersandar kepada kekuatan kata.
Kegiatan menceritakan kembali merupakan bagian dari kegiatan bercerita.
Keduanya merupakan kegiatan menceritakan sesuatu hal atau peristiwa.
Namun, kegiatan menceritakan kembali
harus melalui tahap membaca atau menyimak. Dengan demikian, untuk merumuskan
konsep menceritakan kembali diambil dari konsep bercerita. Oleh karena itu, keterampilan
menceritakan kembali cerita anak yang dibaca mengarahkan siswa agar mampu
mengemukakan ide secara lisan dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas. Agar
ide dapat disampaikan kepada pendengar, maka dalam menceritakan kembali cerita
anak yang dibaca siswa harus menjaga bahasa, suara, intonasi, dan dapat
menggambarkan gagasannya dengan baik. Dapat dikatakan bahwa menceritakan
kembali adalah penyampaian ulang cerita secara lisan dari pencerita kepada
pendengar dengan menggunakan bahasanya sendiri (Ariani, Adrianita Widiastuti,
2013:45-46)
Menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 160),
kegiatan bercerita merupakan umpan balik akan memberikan gambaran tentang
segala sesuatu yang telah diterima atau direspon anak setelah mendengar cerita.
Maksud dari umpan balik tersebut yaitu segala sesuatu yang menggambarkan
perilaku yang diperoleh melalui proses yang telah dilaluinya. Penceritaan yang
disajikan oleh anak bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan
anak bercerita. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 6.3), bercerita adalah
suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan
alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi, atau hanya sebuah dongeng yang diperdengarkan dengan rasa
menyenangkan. Menurut Muh. Nur Mustakim (2005: 187-188), menceritakan kembali
merupakan kegiatan anak setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi
cerita. Ada tiga hal yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu anak mampu
menyusun kembali cerita yang disimak dari proses penceritaan, anak terampil
menggunakan bahasa lisan melalui kegiatan berbicara produktif, dan anak
terampil mengekspresikan perilaku dan dialog cerita dalam simulasi kreatif. Bachtiar
S. Bachri (2005: 10), mengungkapkan bercerita merupakan menutur sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan
atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan pengertian menceritakan kembali yaitu kegiatan menyusun kembali
cerita yang telah disimak dari proses penceritaan dengan tujuan memberikan
informasi dan pengetahuan kepada orang lain secara lisan. Ketika guru meminta
anak untuk menceritakan kembali isi cerita yang telah didengar, peran guru
memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan dapat menceritakan kembali
isi cerita dengan baik.
( Nur Utarin, Rr Pradina, 2014:14-15).
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan kembali
Untuk melatih siswa dalam menceritakan
kembali harus memperhatikan dua hal, yaitu: pencerita dan saat menceritakan
kembali.
Hal-hal yang perlu dilakukan pencerita
yaitu:
a. Memahami isi cerita dan memahami karakter tokoh. Seorang
pembicara yang baik harus
memberikan kesan
bahwa pembicara menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik
yang baik akan
menumbuhkan keberanian dan kelancaran.
b. Latihan bercerita yang intensif dan latihan olah vokal.
Selain menguasai topik, seorang
pembicara harus
berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan tepat.
Pengucapan bunyi
bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar.
c. Menyiapkan alat atau media apabila diperlukan.
d. Menghafalkan garis besar cerita atau membuat catatan atau ringkasan
cerita. Dalam berbicara
yang harus
diungkapkan adalah isi pembicaraan harus sesuai dengan topik yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
e. Memahami kondisi pendengar.
Adapun yang perlu diperhatikan saat
bercerita adalah
a. Mampu membuat kontak mata pendengar. Ketika berbicara
jangan memandang hanya kepada
satu titik biarkan
mata menjelajah kemana-mana untuk mengetahui intensitas ketertarikan
audiens. Hal
pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan
bicara dan
mengambil jeda untuk memulai sebuah
pembicaraan. Ini merupakan salah satu
cara yang membantu
untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan
mempertahankan
kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara kita tidak merasa
diabaikan.
b. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menghindari
pengulangan kata yang
berlebihan. agar
dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pikiran secara tepat, dalam
berbahasa baik
lisan maupun tulis, pemakai bahasa hendaknya dapat memenuhi beberapa
kriteria dalam
pemilihan kata, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.
c. Variatif dalam bercerita tanpa meninggalkan unsur-unsur
cerita. Dalam berbicara, harus
mampu mengembangkan
kreativitas dan kemampuan improvisasi sejauh tidak menyimpang
dari struktur
cerita secara keseluruhan. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
dengan penempatan
tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan
masalahnya menjadi
menarik. Tapi jika nada, tekanan
pembicaraan biasa dan datar-datar saja
maka masalah
kejemuan akan muncul dalam pembicaraan tersebut.
d. Ekspresif dan penuh penghayatan. Penghayatan terhadap
keseluruhan cerita diperlukan agar
dapat
mengekspresikan dengan baik. Pengekspresian ini berhubungan dengan kalimat,
gerak,
dan mimik.
Gerak-gerik yang tepat bisa meningkatkan keefektifan berbicara. Hal ini dapat
menghidupkan
komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi jangan menggunakan gerak-gerik yang
berlebihan kerena
bisa saja menjadikan pesan kurang dipahami.
e. Suara nyaring dan intonasi tepat. Seorang pembicara harus
membiasakan diri mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa
yang kurang tepat dapat
mengalihkan perhatian
pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan berbicara.
Pengucapan
bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan,
kurang
menyenangkan, kurang menarik atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian
pendengar.
f. Memahami emosi audiens. Niat yang sungguh-sungguh untuk
menghargai lawan bicara secara
positif dan tanpa
syarat, menghargai, dan mendengarkan dengan baik apa yang ingin dia
katakan sebelum kita
memulai percakapan, maka akan ada kemungkinan yang lebih besar
bahwa interaksi yang
kemudian terjadi akan menjadi produktif, menyenangkan dan
memuaskan bagi semua
pihak yang terkait.
g. Percaya diri. Saat mengemukakan isi pembicaran harus
sesuai dengan topik yang dibicarakan,
semakin dalam
pemahaman terhadap topik, maka kepercayaan diri akan semakin besar dan
akan semakin mantap
dalam berbicara (Ariani, Adrianita Widiastuti, 2013:48-50).
4. Langkah-langkah menceritakan kembali cerita anak
Langkah-langkah
agar bisa menceritakan kembali isi fabel antara lain :
Pertama, membaca secara
berulang-ulang teks fabel yang akan diceritakan.
Kedua, mencatat nama-nama
pelaku dalam teks fabel.
Ketiga, mencatat hal-hal
penting (gagasan pokok) dalam teks fabel.
Keempat, menulis/melisankan
kembali teks fabel yang dibaca, sedapat mungkin menggunakan kata-kata
sendiri.
Hakikat
pembelajaran bercerita dengan menggunakan media
blog dan tim bicara adalah melalui tiga tahapan, yaitu:
a.
Pertama, peserta didik secara berkelompok membuka web rahminismp2mks.blogspot.co.id yang berjudul Pemanfaatan Media dan Tim Bicara
untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita dan menonton
video fabel.
b. Kedua,
setiap peserta didik menentukan rincian peristiwa dengan mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdapat
pada web itu juga.
c. Ketiga,
peserta didik secara bergantian di dalam kelompoknya menyampaikan isi cerita.
d.
Keempat, kelompok
tampil bercerita di depan kelas.
5. Penilaian Keterampilan Berbicara
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:58)
tes berbicara merupakan suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk
tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa. Tes yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah tes praktik berbicara , yaitu melalui diskusi kelas dengan cara
salah satu dari kelompok yang sudah dibagi guru secara heterogen maju di depan
kelas mempresentasikan hasil
Penilaian Keterampilan Berbicara Menurut
Burhan Nurgiyantoro (2001:58) tes berbicara merupakan suatu cara untuk
melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa. Tes
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes praktik berbicara , yaitu
melalui diskusi kelas dengan cara salah satu dari kelompok yang sudah dibagi
guru secara heterogen maju di depan kelas mempresentasikan hasil (dalam Burhan
Nurgiyantoro, 2001:290) yang telah dimodifikasi. Penilaian yang dikembangkan
Jakobovist dan Gordon (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001:290), yaitu sebagai
berikut
Tabel 1.Pedoman Penilaian Menurut Jakobovist dan Gordon
No
|
Aspek yang dinilai
|
Tingkatan skala
|
1
|
Keakuratan informasi
(sangat buruk--- akurat sepenuhnya)
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|
2
|
Hubungan antar informasi
(sangat sedikit-- - berhubungan sepenuhnya)
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|
3
|
Ketepatan struktur dan kosakata (tidak tepat--- tepat sekali)
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|
4
|
Kelancaran (terbata-bata---
lancar sekali)
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|
5
|
Kewajaran urutan wacana (tak normal-normal)
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|
6
|
Gaya pengucapan (kaku--- wajar)
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|
Jumlah Skor
|
Modifikasi dilakukan sehubungan dengan keperluan penilaian
dalam berbicara. Adapun aspek penilaian dalam pembelajaran keterampilan
berbicara sebagai berikut.
Tabel 2. Aspek Penilaian Keterampilan Berbicara
No.
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Pelafalan
|
|||||
2
|
Volume suara
|
|||||
3
|
Pilihan kata
|
|||||
4
|
Intonasi dan jeda
|
|||||
5
|
Kelancaran
|
|||||
6
|
Percaya diri
|
Keterangan Skor tabel:
5: Sangat baik
4: Baik
3: Cukup
2: Kurang
1:Tidak baik
Deskripsi Skor:
1) Aspek Pelafalan
5; Pelafalan fonem sangat jelas, tidak terpengaruh dialek
asal, intonasi sangat jelas.
4; Pelafalan fonem jelas, tidak terpengaruh dialek asal,
intonasi jelas
3; Pelafalan fonem cukup jelas, sedikit terpengaruh dialek
asal, intonasi cukup jelas.
2; Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek asal,
intonasi tidak begitu jelas.
1; Pelafalan fonem tidak jelas, terpengaruh dialek asal,
intonasi tidak jelas.
2) Aspek Volume Suara
5; Volume suara keras dan lantang, sehingga bisa didengar
oleh seluruh pendengar.
4; Volume suara keras namun kurang lantang, terdengar oleh
seluruh pendengar. 3; Volume
suara dapat
didengar namun tidak keseluruhan pendengar menengar.
2; Volume kurang terdengar dan tidak jelas.
1; Volume suara tidak terdengar dan tidak jelas.
3) Aspek Pilihan Kata
5; Kata-kata sangat sopan, tidak ambigu, dan tidak
menyinggung perasaan
4; Kata-kata sopan, tidak ambigu, dan tidak menyinggung perasaan
sesuai dengan topik.
3; Kata-kata cukup sopan, sedikit membingungkan, tidak
menyinggung perasaan sesuai dengan
topik.
2; Kata-kata kurang sopan, ambigu, sedikit menyinggung
perasaantidak sesuai dengan topik.
1; Kata-kata tidak sopan, ambigu, dan menyakiti perasaan
tidak sesuai dengan topik.
4) Aspek intonasi dan jeda
5; penempatan jeda sangat tepat, nada dan intonasi suara
sangat sesuai.
4; penempatan jeda tepat, nada dan intonasi suara sesuai.
3; penempatan jeda cukup baik, intonasi kurang sesuai.
2; penempatan jeda kurang, dan dan intonasi kurang sesuai.
1; penempatan jeda tidak sesuai, nada dan intonasi tidak
sesuai.
5) Aspek Kelancaran
5; Berbicara lancar, tidak tersendat-sendat, penempatan jeda
sesuai.
4; Berbicara lancar, tidak tersendat-sendat, penempatan jeda
kurang sesuai.
3; Berbicara lancar, tidak tersendat-sendat, tidak ada jeda.
2; Berbicara kurang lancar, tersendat-sendat, tidak ada jeda.
1; Berbicara tidak lancar, tersendat-sendat, tidak ada jeda.
6) Aspek Percaya Diri
5; Tidak malu-malu, tenang, menguasai panggung, dan tidak
grogi.
4; Tidak malu-malu, tenang, penguasaan panggung cukup, dan
tidak grogi.
3; Sedikit malu-malu, cukup tenang, penguasaan panggung
cukup, dan sedikit grogi.
2; Malu-malu, panik, penguasaan panggung kurang, sedikit
grogi.
1; Malu-malu, panik, penguasaan panggung tidak baik, dan
grogi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemanfaatan
media blog dalam pembelajaran bercerita peserta didik SMP kelas VII.1. Setelah
penyampaian tujuan pembelajaran, pendidik menyampaikan secara singkat
lngkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pendidik
menyampaikan kepada peserta didik website
yang harus mereka buka. Pada web tersebut pendidik telah memasukkan video
fabel dan langkah-langkah pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa.
Dengan adanya video fabel tersebut,
peserta didik dapat melihat kegiatan yang dilakukan oleh tokoh cerita. Di
samping mereka bisa mendengarkan dialog
antartokoh. Hal ini, tentu akan lebih memudahkan peserta didik memahami isi
cerita dibandingkan jika mereka hanya membaca
cerita fabel.
cerita fabel.
Tim bicara
merupakan sekelompok orang yang saling berhubungan atau bekerja sama untuk
tujuan yang sama dalam hal keterampilan/kemampuan untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Dengan bergabung pada tim bicara, maka anggota dengan keterampilan yang saling
melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya yang terkoordinasi yang
memungkinkan setiap anggota untuk memaksimalkan kekuatan mereka dan meminimalkan
kelemahan mereka.
Keterampilan
menceritakan kembali cerita anak yang dibaca mengarahkan siswa agar mampu
mengemukakan ide secara lisan dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas. Agar
ide dapat disampaikan kepada pendengar, maka dalam menceritakan kembali cerita
anak yang dibaca siswa harus menjaga bahasa, suara, intonasi, dan dapat
menggambarkan gagasannya dengan baik.
B. Saran
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka disarankan
sebagai berikut:
1.
Kiranya pemanfaatan media blog dan tim
bicara untuk meningkatkan kemampuan
bercerita siswa dijadikan bahan masukan bagi guru Bahasa Indonesia
di SMP dalam mengembangkan
media pembelajarn yang kreatif dan
inovatif lainnya.
2. Kiranya
pemanfaatan media blog dan tim bicara untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa
dijadikan bahan masukan bagi guru Bahasa Indonesia di SMP diajdikan sebagai bahan komparasi
untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariani,
Adrianita Widiastuti. 2013. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali
Cerita Anak Melalui Teknik Demonstrasi dengan Media
Boneka Upin dan Ipin
Siswa Kelas VI-B SMP Futuhiyyah Mranggen Kabupaten
Demak. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa
dan Seni,
Universitas Negeri Semarang
Cheppy Riyana.
2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.
Huda, M. (2011).Cooperative Learning, edisi 1, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sanjaya, Wina.2006.Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media.
Sujana, nana, dan ahmad
rivai, 2002, Media pengajaran, Bandung:Sinar Baru
Olivia Vita, Egga.2009. Keefektifan Penggunaan Media
”Kartu Kerja” Terhadap
Kemampuan Menulis Puisi Pada
Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Tulung Klaten
Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi.
Surakarta: FKIP Universitas Sebelas
Maret.
Nur
Utari, Rr. Pradina. 2014. Studi Kemampuan
Menceritakan Kembali Isi Cerita Pada
Anak Kelompok A Di Gugus
2 Kecamatan Kretek Bantul.Skripsi:Universitas
Negeri Yogyakarta
Warsono, Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Assement, edisi
2,
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
cooperative-lear
https://5enibudaya.wordpress.com/2013/06/19/video-sebagai-media-pembelajaran/
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah :
SMP Negeri 2 Makassar
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/Genap
Materi
Pokok :Mengapresiasi dan
Mengkreasikan
Fabel
Alokasi
Waktu :3 x 40 menit
(12 Jampel)
A.
KOMPETENSI
INTI
a. Menghayati
dan menghargai ajaran agama yang dianut.
b. Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
c. Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahu
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait (fenomena dan
kejadian tampak mata
d. Mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B.
KOMPETENSI
DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
KI
|
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
KI
4
|
4.11
Menceritakan kembali isi fabel/
legenda daerah setempat
|
4.11.1 Peserta didik menentukan rangkaian
peristiwa dalam cerita
fabel
4.11.2 Peserta didik dapat menceritakan
kembali isi fabel secara lisan.
|
C.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pembelajaran fabel/
legenda, peserta didik dapat :
1.
Menentukan
rangkaian peristiwa dalam cerita fabel
2.
Menceritakan kembali isi fabel secara lisan.
D.
Materi
Pembelajaran
Reguler
1. Materi
Pembelajaran
a.
Menentukan
rangkaian peristiwa dalam cerita fabel
b.
Praktik menceritakan fabel
E.
METODE
PEMBELAJARAN
1.
Pendekatan : Saintifik
2.
Teknik Pembelajaran : Pemanfaatan Media Blog dan Tim Bicara
F.
MEDIA /
ALAT DAN BAHAN PEMBELAJARAN
1.
Media :
-
Website
2.
Alat dan
bahan
-
HP android
-
Kertas, ballpoin
G.
SUMBER
PEMBELAJARAN
Sumber
Belajar
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2014a. Bahasa Indonesia Kelas VII .
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 198 s.d
211
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2014b: Buku Guru. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm.
103 s.d.109
Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. 2010. Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
H.
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama :
Pendekatan
Saintifik
|
Uraian Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
|
Pendahuluan
·
Peserta didik dengan
dipimpin temannya bersama pendidik melakukan doa bersama sebelum pembelajaran
dimulai.(religius)
·
Peserta didik merespon salam dan
pertanyaan dari pendidik yang
berhubungan dengan kondisi peserta didik.
·
Peserta didik merespon pertanyaan
pendidik yang berkaitan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari
·
Pendidik menjelaskan indikator yang
akan dicapai.
·
Peserta didik duduk berkelompok sesuai
anjuran pendidik
|
10 menit
|
|
Kegiatan Inti
Mengamati
·
Pendidik menyampaikan
website yang harus
dibuka olehpeserta didik.
·
Pendidik membantu siswa membuka
website yang
telah disiapkan pendidik.
· Pendidik menjelaskan
langkah-langkah yang harus diikuti yaitu menonton video kemudian mengikuti langkah-langkah yang sudah ada di website.
·
Peserta didik menonton video yang telah disiapkan
pendidik.
·
Pendidik membagikan kartu yang berisi
kegiatan
yang harus dilakukan peserta didik.
·
Peserta didik membaca petunjuk yang harus
dilakukan.
·
Sambil duduk melingkar peserta didik menonton
video fabel.
·
Setiap anggota kelompok harus memperhatikan bagian video untuk diceritakan.
Menanya
·
Peserta didik dengan percaya diri dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar menanyakan tentang memahami
isi cerita fabel,
·
Sebagai pertanyaan pemandu dapat
digunakan :
a. Apa
judul cerita?
b. Di mana
tempat terjadinya?
c. Apa yang
dialami tokoh cerita?
d. Permasalahan
apa yang terjadi?
e. Kegiatan
apa yang dilakukan oleh tokoh untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi?
f. Bagaimana
akhir cerita?
Mengumpulkan Informasi
·
Peserta didik diarahkan untuk
mengumpulkan informasi tentang memahami
isi cerita fabel, praktik bercerita .
·
Setelah selesai menonton video fabel,
diundi anggota kelompok untuk menentukan urutan bercerita di dalam kelompok.
·
Peserta didik yang ke-1, menceritakan
judul dan tempat terjadinya cerita.
·
Peserta didik yang ke-2 menceritakan
kejadian/peristiwa yang dialami tokoh cerita.
·
Peserta didik yang ke-3 menceritakan
puncak permasalahan yang dialami
tokoh.
·
Peserta didik ke-4 menceritakan apa yang dilakukan tokoh dalam memecahkan
permasalahan yang dialami.
·
Peserta didik ke-5 menceritakan akhir cerita fabel.
·
Pesrta didik bisa juga
tidak mengikuti pembagian tersebut.
·
Berlatihlah bercerita di tempat
masing-masing sebelum tampil di depan kelas.
·
Setelah mereka menguasai isi cerita mereka tampil bercerita di depan kelas.
Mengomunikasikan
·
Semua anggota kelompok maju untuk
bercerita secara bergantian menyampaikan isi cerita di depan kelas.
·
Secara bergantian menyampaikan isi
cerita di depan kelas.
·
Peserta didik yang ke-1 mulai
bercerita dilanjutkan peserta didik ke-2 dan seterusmya sampai peserta didik
ke-5.
|
50 menit
|
|
Penutup
·
Pendidik memberi apresiasi kepada peserta didik .
·
Pendidik bersama peserta didik
menyimpulkan hasil pembelajaran dan memberikan penilaian terhadap hasil
beljar peserta didik
·
Bersama pendidik, peserta didik mengidentifikasi
hambatan-hambatan yang dialami saat memahami isi cerita fabel, praktik
menentukan pola pengembangan isi teks
·
Pendidik memberi umpan balik dan hasil
pembelajaran.
·
Pendidik menutup pembelajaran
(menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
·
Pendidik bersama peserta
didik menutup proses pembelajaran dengan doa yang dipimpin oleh ketua kelas.
|
10
menit
|
A.
PENILAIAN
PEMBELAJARAN, REMEDIAL dan PENGAYAAN
Pertemuan
Pertama
1.
Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap sosial dilakukan dengan
observasi/jurnal
b. Penilaian keterampilan dengan teknik
kinerja
2.
Instrumen Penilaian
a. Instrumen Jurnal
Jurnal Perkembangan
Sikap Spiritual dan Sosial
No
|
Tanggal
|
Nama Siswa
|
Catatan
Perilaku
|
Butir Sikap
|
Keterangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Penilaian
Keterampilan
Lembar Penilaian
Keterampilan
FORMAT PENILAIAN
Kelas :
Kelompok
:
No.
|
Yang Dicermati
|
Skor
|
Jumlah Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Kelancaran penceritaan
|
|
|
|
|
|
2
|
Ketepatan isi dengan cerita yang
dibaca
|
|
|
|
|
|
3
|
Intonasi dan kejelasan lafal
|
|
|
|
|
|
4
|
Kekompakan
|
|
|
|
|
|
5
|
Kepercayaan diri
|
|
|
|
|
|
Keterangan
4 = semua anggota kelompok melakukan secara tepat 3 = sebagian besar anggota
kelompok melakukan secara tepat 2 = tepat sebagian kecil anggota kelompok
melakukan secara tepat 1 = semua anggota melakukan secara tidak tepat
Kriteria
Penilaian :
Jumlah Skor Perolehan
Nilai =
------------------------------------ X 100
Jumlah Skor Maksimal
Makassar, Januari 2019
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru
Mata Pelajaran,
Dr. St. Haniah, M.Pd. Rahmini, S.Pd. M.Pd.
NIP. 19680208 199412 2 007
NIP.19720915 200003 2 003
Komentar
Posting Komentar